kangTech - Wahai TV Partai! - "Muak dengan MetrongTv dan TvOneng, beritamu tak berimbang.
Setiap liat MetrongTV pasti nongol wajah beliau. Di berita baris bawah
yang berjalan pun dipenuhi dengan nama beliau, begitu juga iklannya.
Begitu pula dengan TvOneng, dua-dua nya sama saja, cuma yang kedua ini
dikit berubah, keliatannya sudah sadar. Tak salah jika KPI melayangkan
teguran keras terhadap kedua TV tersebut. Ayo KPI, bebaskan TV Nasional
dari ketidakberimbangan berita. Tegur keras dan tindak tegas televisi-televisi
yang menjadi budak-budak pesohor politik yang murka, yang dipenuhi
dengan keberpihakan, tidak menjunjung tinggi keberimbangan. Jika tetap, #GoToHellWithYourParty" (Dikutip dari facebook pribadi, dengan akun Adhi Panjie Gumilang)
Seperti yang saya baca di berita online, disana mebnyebutkan bahwa
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) telah mengeluarkan surat sanksi
administratif teguran kepada kedua televisi nasional yaitu tvOne dan MetroTv.
Pengeluaran surat tersebut tidaklah salah. Hal ini dikarenakan kedua
televisi tersebut melakukan pelanggaran jurnalistik dimana memberitakan
berita seputar pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara tidak
berimbang atau tidak netral.
Akhirnya atas dasar itulah KPI pusat menyarankan kepada Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk mengevaluasi ulang Izin
Penyelanggaraan Penyiaran atau IPP. Pelanggaran yang dilakukan kedua
televisi tersebut terlihat dari adanya perbedaan sudut pandang
pemberitaan tentang Capres dan Cawapres dimana tvOne lebih berpihak kepada kubu Prabowo Subianto - Hatta Radjasa, sedangkan MetroTv lebih
berpihak kepada kubu Jokowi - Jusuf Kalla. Ketidaknetralan tersebut
dilihat dari jumlah durasi, jumlah frekuensi, dan tone (kecenderungan)
pemberitaan untuk mengetahui implementasi dari prinsip-prinsip program
siaran jurnalistik, khususnya prinsip adil dan berimbang pada obyek
pemberitaan (merdeka.com).
Menurut hemat saya, hal ini sungguh menjijikkan dikala
melihat televisi yang dulu sangat saya banggakan karena beritanya sangat
mengedukasi masyarakat. Akan tetapi, di tahun politik ini semuanya
seperti berubah. Ntah apakah benar perubahan ini disebabkan
karena pemimpin tertinggi dari kedua televisi tersebut adalah pimpinan
tertinggi juga di salah satu partai politik ataukah ada kepentingan lain
dibelakangnya. Hal ini akan terlihat benar jika kita tarik benang merah
bahwa partai politik yang dipimpin oleh pimpinan tertinggi televisi
tersebut berkoalisi dengan siapa dan siapa, ini sangatlah jelas! Sungguh
bukan hal yang lumrah bukan kalau hal ini menjijikkan?
Selain itu, menjelang hari H pencoblosan pada tanggal 9 Juli 2014.
Sangat mengherankan sekali kalau salah satu dari televisi tersebut
menyebarkan fitnah yang sangat frontal. Memang, memakan bangkai
saudaranya sendiri adalah hal yang "mungkin" wajib dilakukan di tahun
politik ini karena jumlah kandidat yang hanya dua pasangan. Hal itu
sungguh mengecewakan, bahkan dewan pers-pun telah menganggap bahwa apa
yang diberitakan oleh televisi tersebut sangat keterlaluan karena
memberitakan berita yang berasal dari opini publik atau public opinion yang sangat belum tentu kebenarannya.
Oleh sebab itu, patut kiranya-lah televisi nasional yang menjadi
sumber utama pendidikan politik bagi masyarakat Indonesia memberikan
berita-berita yang benar adanya, menyebarkan berita yang bukan fitnah,
yang ditakutkan akan menimbulkan gejolak yang sangat besar bagi kegiatan
politik di Indonesia. Semoga televisi yang menjadi antek-antek petinggi partai politik segera tobat. Kalaupun tidak tobat ya semoga mereka merubah nama televisinya seperti nama partai politiknya.
Pilihlah dengan hati, tetap junjung tinggi azas Luberjudil! (@apanjiegumilang)
Pilihlah dengan hati, tetap junjung tinggi azas Luberjudil! (@apanjiegumilang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar